June 29, 2023

The Girls Reunited in Switzerland - Euro Trip 2023 Pt. 1

2023 pecah telor! Akhirnya aku bisa nulis blog lagi, tapi yang terutama... bisa traveling ke luar Indonesia lagi! Woo-hoo 👏 Aku memang belum berani untuk ke luar negeri lagi selama pandemi kemarin. Traveling sih udah tapi masih di sekitaran Indonesia aja. "Lho kok gak ada ceritanya di blog?" Ehm, gimana ya readers... jari-jariku udah kaku untuk memulai nulis cerita. Draft-nya udah banyak tapi gak ada satu pun yang selesai HAHAHA.

Anyway... kali ini aku pengen bercerita tentang Euro Trip 2023 kemarin. Aku akan memulai post ini dengan pernyataan: Tuhan tuh baik banget ya. Doaku saat trip solo tahun 2019 lalu dijawab Tuhan dengan begitu indah. Waktu itu, aku perdana menginjakkan kaki ke Swiss, negara yang langsung menjadi negara tercantik nomor satu yang pernah kusinggahi. Pertama kali mataku memandang alam Swiss, sebait doa langsung terucap di dalam hati. Doa itu pun terus kuulang selama 3 hari di sana: "Tuhan, boleh yaa 2-3 tahun nanti aku bisa ke sini lagi sama Mama."

Memang bukan 2-3 tahun setelah itu, karena dunia justru 'dipaksa istirahat' gara-gara pandemi. Tapi waktu Tuhan bukanlah waktu kita; waktu Tuhan adalah waktu yang terbaik. Akhirnya di akhir tahun 2022 kemarin, doaku seperti dijawab-Nya dengan: "Ya, boleh Erlin, tahun depan kalian boleh ke Swiss" 💖

Waktu Tuhan emang yang terbaik!

June 20, 2022

Manggarai - Jakarta Walking Tour Series #5

Aku kembali mendaftar walking tour bersama Jakarta Good Guide, kali ini dengan rute "Manggarai". Hari Sabtu, 20 November 2021, aku menemui para peserta dan guide di bawah JPO halte Transjakarta Pasar Rumput. Jumlah peserta pagi itu tidak seramai rute Pasar Baru, tapi juga tidak se-sedikit rute Senayan. Hanya ada satu guide yang bertugas, yaitu Mas Pampam. Orangnya seru, ceriwis, dan sangat mendetil dalam bercerita. Rute satu ini tergolong lama dan panjang, menurutku, dibandingkan keempat rute sebelumnya. Mungkin juga ditambah faktor cuaca yang sedang terik, jadi waktu 2 jam terasa lama bangeeet. 

Post ini juga akan cukup panjang ya, readers, karena memang banyak sekali cerita dan sejarah yang kami pelajari selama tur ini. Ada 10 (sepuluh!) lokasi yang kami kunjungi di rute Manggarai ini, dan semuanya menyimpan cerita yang menarik.

...
Ingat Manggarai, ingat stasiun kereta

May 23, 2022

Sehari di Pangalengan: Wisata Kebun Teh dan Arung Jeram

Halo, readers! Ini akan jadi post paling cepat di tahun 2022 karena hanya berselang 9 hari saja pasca-trip. Harap maklum ya, kakiku memang lebih cepat melangkah daripada jariku mengetik. Aku masih berutang banyak cerita, baik walking tours maupun one day trips lainnya.

Rafting di Pangalengan

Kali ini aku akan bercerita tentang pengalamanku ODT ke Pangalengan, Jawa Barat. Trip ini berlangsung hari Sabtu, 14 Mei 2022 dan diselenggarakan oleh Backpacker Jakarta, sebuah komunitas backpacker yang giat mengadakan perjalanan bersistem cost sharing. Aku akan membahas soal biayanya di bagian akhir reviu. FYI aja ya readers, reviu ini akan sangat biased berdasarkan pengalamanku, jadi akan banyak sudut pandang negatif. Tetap pakai kepala dingin yaa saat membaca, kalo bisa sih fokus aja sama keindahan tempat wisata & keseruan di Pangalengan hahaha.

April 18, 2022

Senayan - Jakarta Walking Tour Series #4

Hanya berjelang satu hari, aku kembali mendaftar ikut walking tour bersama Jakarta Good Guide ke kawasan olahraga paling terkenal se-Jakarta raya. Apakah dia? Yak betul GOR Bulungan GBK Senayan! Hari Minggu, 14 November 2021 aku mendaftar untuk ikut rute Senayan pukul 09.00 pagi. Sebenarnya, sebelum pandemi rute ini diselenggarakan sore hari dan mengusung judul "Senja di Senayan". Katanya sih pemandangan langit senja Jakarta tampak sangat indah dari area olahraga ini.

Kali ini, aku tidak sendirian readers. Aku berhasil menambah 'downline' nih di JGG, hahaha. Perkenalkan, Dwi Wijayanto, teman dari semasa kuliah (dan kini juga sekantor) yang akan menemaniku walking tour di Senayan pagi ini. Aku dan Dwi janjian bertemu langsung di meeting point yaitu TVRI yang terletak di Jalan Gerbang Pemuda No. 8. 

Pagi itu, jumlah peserta yang sudah hadir tidak begitu banyak, sekitar 10 orang saja. Sedangkan guide yang hadir ada dua orang, salah satunya Mas Huans yang jadi guide-ku di tur Matraman dan Pasar Baru sebelumnya. Sepertinya rute Senayan ini memang bukan termasuk rute favorit, jika dilihat dari jumlah peserta. Tidak masalah... aku justru senang, karena bisa lebih fokus mendengarkan cerita selama tur.

Grup Senayan Tour bersama Mas Huans

December 10, 2021

Pasar Baru Pt. 2 - Jakarta Walking Tour Series #3

Dari Jalan Antara, Mas Huans memimpin rombongan kami menuju Pasar Baru yang pada umumnya dikenal orang. Pasar Baru ini pada masanya adalah pusat perbelanjaan kaum elite, selevel Plaza Indonesia dan Pacific Place. Kalau mau dianggap sosialita, belanjanya harus di Passer Baroe. Biasanya pelanggan di Pasar Baru adalah orang-orang Belanda yang tinggal di Weltevreden.

Trivia dikit nih, readers. Pasar Baru kan ada di sini yaa, nah emang 'pasar lama' ada di mana? Rupanya pasar lama itu mengacu pada Pasar Senen dan Pasar Sabtu (sekarang Tanah Abang) yang ada sejak tahun 1730-an. Trivia lain, nama Kalijodo mengacu pada pesta rakyat zaman dulu bernama "Festival Pengcun" yang merupakan ajang para muda-mudi mencari jodoh. Sayangnya kemudian ajang ini disalahgunakan menjadi prostitusi. Sedangkan nama "Mangga Besar" dan "Sawah Besar" memang karena kedua kawasan itu dulunya adalah daerah pertanian.

Kami berkumpul di depan gerbang masuk Pasar Baru yang khas itu. Angka 1820 tertera besar di depan gerbang, menandakan tahun berdirinya pusat perbelanjaan ini. Toko-toko di sini dibangun dengan gaya arsitektur Tiongkok dan Eropa. Sebagaimana telah dijelaskan di Part 1, mayoritas penghuni kawasan ini adalah para pedagang yaitu warga keturunan Tiongkok, Arab, dan India. Tak heran di dalam Pasar Baru juga terdapat vihara dan kuil yang salah satunya akan kami singgahi di tur kali ini.

Vihara di sudut terdalam Pasar Baru

December 06, 2021

Pasar Baru Pt. 1 - Jakarta Walking Tour Series #3

Benar saja dugaanku, walking tour bersama Jakarta Good Guide itu emang jadi adiksi. Sekali ikut, pasti akan ikut lagi dan lagi alias ga cukup sekali saja 😂 Minggu ini aku kembali mendaftar tur JGG dua kali, hari Sabtu dan Minggu pagi. Kenapa? Karena memang seadiktif itu, readers, serupa main ke museum tapi sekaligus menjelajah. Jika beruntung, bisa menemukan tempat kuliner yang enak dan tempat nongkrong yang asyik. 

Hari ini, Sabtu, 13 November 2021, aku menemukan keduanya dari hasil tur Pasar Baru. Belum lengkap rasanya ikut tur JGG kalau tidak diiringi 'belajar' sejarah dan fun facts baru, salah satunya lokasi kantor berita yang sering muncul di Teka Teki Silang! Wah, kok seru banget? Banyak tempat menarik ya di Pasar Baru, selain jejeran toko sepatu dan lapak barang-barang murah?  Iya dong! Makanya tetap membaca blog ini yaa, simak hasil jelajah kami pagi itu 😁


Ikonnya Pasar Baru

November 19, 2021

Matraman - Jakarta Walking Tour Series #2

Puas dengan walking tour bersama Jakarta Good Guide sebelumnya, aku putuskan untuk ikut tur lagi di minggu ini. Dari seluruh rute yang diumumkan, aku memilih untuk ikut Tur Matraman. Kenapa? Karena lokasinya yang dekat dari tempat tinggalku, hahaha. Selain itu aku penasaran juga, emang ada apa di Matraman, kok sampai diadakan tur? Seumur-umur di Jakarta, aku hanya tahu flyover dan toko buku Gramedia di Matraman.

Ada apa sih di Matraman selain Gramedia?

November 15, 2021

Glodok - Jakarta Walking Tour Series #1

Tinggal di Jakarta selama lebih dari lima tahun tidak serta-merta membuatku kenal seluk beluk Jakarta, atau bahkan mengetahui seluruh kisah tentang ibukota bersejarah ini. Suatu hari, seorang teman di Instagram mem-post perjalanannya bersama Jakarta Good Guide. Wah! Menarik sekali! Siapa mereka? Jakarta Good Guide alias JGG adalah sebuah layanan tur keliling Jakarta yang bersifat pay as you wish alias "terserah bayar berapa". Mereka memiliki 30 rute melingkupi Jakarta Utara, Barat, Timur, Selatan, dan Pusat yang beroperasi setiap akhir pekan (weekend). Lho kok wiken doang, mau dong hari Senin-Jumat juga! Boleh banget, kawan! Mereka juga melayani permintaan private tour kok, monggo langsung cek blog atau Instagramnya di @jktgoodguide.

Sekitar satu bulan setelah aku mem-follow JGG, akhirnya kesempatan untuk bergabung datang juga. Kupastikan seluruh kerjaan kantor dan skripsi rampung terlebih dahulu, barulah mendaftar ikut tur. Males banget kan kalau tiba-tiba aku harus membatalkan agenda menarik ini karena ada revisi Bab 4, atau dapat penugasan lembur ikut rapat 😅 

Minggu, 17 Oktober 2021 adalah kali pertama bagiku ikut walking tour bersama JGG. Tur spesial  ini diberi nama "A Walk To Understand: Going Around Glodok" yang merupakan kolaborasi JGG dengan 100 Persen Manusia, sebuah festival film yang mengutamakan isu-isu kemanusiaan. Kalau biasanya walking tour JGG bersifat pay as you wish, tur Glodok ini berbayar Rp100 ribu yang akan digunakan untuk program kerja 100 Persen Manusia. Ini juga yang bikin aku tertarik bergabung, karena ada commitment fee-nya. Kalau sudah bayar duluan gini, aku akan merasa lebih committed dan tidak mengalah pada rasa malas yang bisa saja tiba-tiba datang di hari H 😆 

Oke, sekian panjang latar belakang dari walking tour bersama JGG, marilah kita masuk pada ulasan perjalanan tur Glodok selama 1 jam 45 menit. Let's get started!

Salah satu destinasi, Wihara Dharma Bakti

10 orang peserta walking tour hari ini


October 31, 2020

Halloween di Universal Studio Singapore

Halo, Readers! Selamat gajian bagi yang gajiannya akhir bulan, dan selamat menanti bagi yang gajiannya baru hari Senin besok 😆 Tanggal hari ini, 31 Oktober, populer dikenal orang sebagai perayaan Halloween, suatu tradisi di mana orang-orang menggunakan kostum (biasanya seram/menakutkan), dan anak-anak pergi ke tetangga sekitar untuk "Trick or Treat!" alias meminta permen/coklat. Indonesia tentu saja tidak mengenal tradisi ini. Tidak ada istilah pumpkin carving atau mengukir buah labu menjadi Jack O'Lantern yang 'menyeramkan', di mana-mana labu yah untuk dimakan. Sudahlah... pandemi ini cukup menyeramkan, tak perlu lagi ditambah Halloween 😅

Sepanjang 27 tahun hidup, baru sekali aku 'merayakan' Halloween. Tepatnya satu tahun lalu. Lama juga yaa sudah satu tahun hehehe kok rasanya baru kemarin kami capek ketawa-ketiwi habis dari rumah hantu... Perencanaan dimulai tanggal 13 Agustus, di mana sang kepala suku, Bang Supriadi, mengirim chat: "Erlin, ke Singapore yuk Halloween". Rupanya beliau baru melihat ada diskon menarik untuk tiket Universal Studio Singapore sepanjang akhir Oktober. Sikattt!

Halloween in USS!

Tentunya aku bukan anggota tunggal Adi Tours & Travel kali ini, ada dua orang lagi: Kak Novrani Sitohang dan Yosafat Probo Kuncoro. Wah dream team banget! Bersama mereka bertiga, aku sudah pernah melanglang buana ke berbagai penjuru. Readers bisa cari nama mereka di blog ini, bertebaran di mana-mana! Hahaha. "Bang, apakah di USS akan ada pocong dan kuntilanak? Ntar sama pulak kayak rumah hantu di Kemayoran," tanya Kak Vani. "Kayaknya gak diimpor, Van, kurang berkelas mereka." OH BAIK. Makin ga sabar, penasaran bagaimana penampakan "hantu berkelas" di USS nanti 👻

The squad!


Tiket Universal Studio segera dibeli. Harganya Rp470 ribu per orang, diskon 30% dari harga awal Rp650 ribu. Lebih awal lagi, tiket pesawat Singapore Airlines sudah diamankan Bang Adi untuk kami berempat, tepat setelah dia mengirim japri WA tanggal 13 Agustus. GERCEP SEKALI. Harganya? Ehm, cuma Rp500 ribu saja untuk return flights. Jauh lebih mahal harga tiketku mudik ke Manado 😭

Sabtu, 26 Oktober 2019

Aku dan Bang Adi memulai perjalanan dengan naik Damri dari Stasiun Gambir pukul 05.00 pagi. Kami sama-sama hanya berbekal ransel kecil, seakan-akan cuma mau nge-mall di Grand Indonesia. Hahaha. Makin 'tua' emang makin pengen menikmati momen aja, gak mau ribet-ribet ngurusin outfit dan tetek-bengeknya. Toh cuma dua hari ini di negara tetangga.

Kayak cuma nge-mall ya...

Kami bertemu dengan Kak Vani dan Yosa di bandara, keduanya masih tampak mengantuk. Gak pa-pa... toh nanti bisa tidur di pesawat, bangun untuk menikmati sarapan khas maskapai bintang lima, lalu tidur lagi sampai mendarat di Bandara Changi. Pesawat kami lepas landas tepat pukul 07.55 WIB dan mendarat pukul 10.45 waktu Singapura.

"Kita ke USS-nya baru jam 7 malam ya. Keliling-keliling dulu nanti," info Bang Adi.
"Siap!" serentak kami jawab, walaupun belum terlintas di otak hendak ke mana siang-siang di Singapura.
"Btw emang pada berani nanti lihat hantu?" agak telat yah Bang Adi menanyakan ini. Udah di bandara lho, tiket udah terbeli. Gak mungkin dong tiba-tiba kita jual di IG Story atau Status WA.
"Lho aku malah suka, Bang," jawabku.
Dengan senyum manis direspon Bang Adi: "Padahal udah tiap hari liat di cermin ya Erlin." 😭😭

Entah yang ini lagi ngetawain topik yang mana~

Yang paling excited melihat Bandara Changi, tidak lain dan tidak bukan, adalah si anak bungsu. Yosa baru kali ini menginjak Changi. Aku dan Bang Adi pun semangat menyeretnya menuju Jewel, lokasi favorit para turis yang mendarat/transit di bandara ini. Lumayan lah, satu jam berlalu untuk foto-foto.


Kenapa kita gak foto tiduran kayak edak di belakang itu, guys? 


Dari Jewel, kami beranjak ke Crown Plaza Hotel di Terminal 3 untuk menjemput fasilitas modem gratis yang disediakan oleh Hotspot Connect untuk penumpang SilkAir dan Singapore Airlines. Modemnya gratis untuk 3D2N + 2GB, bisa terhubung up to 5 devices dengan daya tahan 8 jam sekali charge. Aku kurang tahu apakah saat ini penawarannya masih ada, tapi jika masih ada pastikan readers memesan dari jauh-jauh hari yaa karena kuotanya cukup terbatas.

Petugasnya sangat ramah dalam menjelaskan cara penggunaan

Penyelamat hidup! Gak perlu ribet nyalain roaming~

Usai menjemput dan meng-install modem, kami putuskan untuk mencoba check-in hotel. Bang Adi menyarankan untuk naik Grabcar saja dari Crown Plaza. Kalau beramai-ramai seperti ini, moda transportasi Grabcar memang jadi pilihan ternyaman. Tak perlu jalan kaki jauh ke stasiun MRT atau terminal bus dan biayanya pun terjangkau karena dibagi berempat.

Puji Tuhan, resepsionis di V Lavender Hotel mengizinkan kami check-in lebih awal. Mereka bahkan meng-upgrade kamar kami dari yang tipe Superior menjadi Triple Room karena padatnya tamu. Bang Adi memang tak pernah salah dalam memilih akomodasi berkualitas hihihi.
Aku dan Kak Vani langsung berbaring di kasur, meluruskan tulang punggung sembari nonton dan mengobrol tentang kehidupan *duileh* Baru beberapa menit masuk kamar, hujan mulai turun cukup deras. Wah cuaca pasti bakal adem sore ini, pas sekali untuk jalan-jalan sebelum ke USS. "Dek, kok aku giliran udah di hotel malah nggak bisa tidur ya?" Kak Vani beretoris. Tapi beberapa menit kemudian matanya terpejam, membiarkan aku bengong sendiri memandangi hujan. Hahaha. 

"Ayok cari makan, guys." Chat dari Bang Adi seketika membangunkan kami. Untuk makan siang, kami jalan kaki sedikit ke Aperia Mall. Pilihan jatuh kepada Subway memang sudah jadi 'menu wajib' bagi Bang Adi tiap traveling ke Singapura. Sudah kenyang, perjalanan berlanjut dengan MRT dari Stasiun Lavender yang persis berada di depan hotel. Ehm... bayar MRT di Singapura bisa pakai kartu debit Jenius lho 😍 Gak usah panik kalau tidak bawa uang cash atau belum punya Tourist Pass.

Tiga duta Jenius dan satu impostor hahaha


Sempat pula photoshoot di dalam kereta

Destinasi pertama hari ini adalah Merlion Park yang kami tempuh dengan jalan kaki sejauh 6,3 KM dari hotel. Hujan siang tadi membuat cuaca terasa sejuk, namun harus hati-hati melangkah karena takut terciprat genangan air. Sepanjang perjalanan aku terus mengagumi deretan gedung-gedung pencakar langit di kawasan Fullerton, titik berputarnya perekonomian Singapura. Inilah area bisnis yang ramai dikunjungi wisatawan karena adanya Merlion. Anyway... baru sekarang aku tahu bahwa ada 'anak patung' Merlion, tidak jauh dari patung utamanya. Readers pada tahu juga kah?






Waktu masih menunjukkan pukul 17.15 sore, masih terlalu dini untuk menikmati Halloween. Kami pun kembali mencari lokasi wisata terdekat sekalian restoran yang oke untuk makan malam. Dengan bus, kami menuju kawasan Bugis. Foto di bawah ini adalah Spiral Staircase yang pernah viral di Instagram. Sumpah, ketemunya gak sengaja! Hahaha. Aslinya kami mau langsung menuju Haji Lane tapi malah nyasar dan keluar-masuk gang di kawasan Bugis. Jika ingin ke sini, readers cukup mencari Bugis Village (ada KFC di depan Bugis Village). Nah, gang ini berada tepat di belakangnya.


Setelah memperbaiki titik destinasi di Google Maps, kami akhirnya tiba dengan selamat sentausa di Haji Lane. Ini kawasan hipster super terkenal yang jadi incaran turis karena mural-mural indahnya. Kalau mau berlama-lama, wajib nongkrong sekalian di salah satu kafe, karena waiter/waitress-nya tidak mengizinkan kita photoshoot tanpa memesan makanan-minuman. Foto-foto di sini memang melatih kesabaran dan ketangkasan menjepret kamera. Lengah dikit saja, belasan turis sudah ramai menjadi photo bomber.


Kok jadi kayak prewedding gitu kita, Kak?


Jika punya waktu luang, sempatkan juga mampir ke Masjid Sultan, masjid terbesar dan tertua yang didirikan pada tahun 1824 untuk sultan pertama Singapura. Eksterior masjid begitu indah karena kontras fasad putih dan kubah emasnya. Di malam hari, kubah-kubahnya tampak megah bercahaya. Kami makan malam di Zam Zam Restaurant depan masjid yang terkenal dengan sajian nasi briyani lezatnya.



Highlight of the trip akhirnya tiba: Universal Studio Singapore! 😍 Aslinya aku bukan penikmat theme park, apalagi kalau harus mengeluarkan uang jutaan hanya untuk menikmati beberapa wahana. Tapi karena bersama tiga orang ini, kegiranganku tak bisa ditutupi. Kyaaa! Gak sabar pengen ketemu hantu! Hahahaha.




Kami masuk ke tiga wahana malam itu. Curse of the Naga, wahana rumah berhantu yang terinspirasi dari film horor Thailand yang terkenal, sutradaranya sama dengan film "Shutter" dan "Phobia", mampus gak tuh gimana gak seram coba. Hell Block 9, konsepnya adalah penjara gelap dan kotor yang penuh siksaan para penjaga dan teriakan kesakitan para napi. Baru masuk pintunya aja, kami udah disambut dengan suasana mencekam dapur penjara. Banyak darah, banyak pisau 😫 Terakhir adalah favoritku, Transformers the Ride: 3D

Pakai kacamata 3D biar puas menikmati Transformers Ride

Seru sekali, readers, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata! Aku puas berteriak sepanjang malam. Teriak karena kaget dan teriak karena... melepaskan stress? Hahaha. Para aktor dan aktris "hantu"-nya sangat profesional, mereka sekadar mengagetkan saja tanpa berusaha menyentuh pengunjung. Sound effect dan lighting-nya pun sempurna. Jelas lah ya... sekelas Universal Studio gitu lho. Kurangnya cuma satu sih: antriannya! Buset. Panjangnya ngalah-ngalahin antrian launching iPhone 😭 


"Death Fest" para musisi metal yang 'bangkit dari kematian'


Kami akhirnya memutuskan pulang saat jam tangan menunjukkan pukul 01.00 dini hari, 30 menit sebelum USS tutup. Kami sempat panik karena tidak ada Grabcar yang terdeteksi di sekitar Sentosa Island. Puji Tuhan, masih ada bus yang beroperasi menuju Downtown. Bang Adi dan Yosa tampak tepar akibat berdiri di antrian selama berjam-jam.
 



Minggu, 27 Oktober 2019

Hari kedua sekaligus terakhir! Pesawat yang akan membawa kami pulang nanti berangkat pukul 17:20 sore, masih ada cukup waktu untuk beli oleh-oleh dan mampir ke satu destinasi lagi. Untuk oleh-oleh, kami memborong jajanan di Mustafa Centre. Namun sebelumnya, kami pelesir dulu ke salah satu daerah touristic yang view-nya ke Marina Bay. Apa itu? Aku pun tidak ingat 😅 Pokoknya berikut ini foto-fotonya...




Di depan lensa

Di balik lensa: umbrella girl dengan payung rusak sigap melindungi fotografer

Kehebohan terakhir terjadi di bandara, tepatnya di gerbang imigrasi yang sudah memakai Autogate. Tujuannya meringkas proses imigrasi, eh mesinnya lemot banget. Alhasil aku, Kak Vani, dan Yosa mengantri satu jam hanya untuk keluar imigrasi Soekarno Hatta. Bang Adi yang paspornya "anti-Autogate" mencecar kami dari kejauhan. "Aku udah sengaja ke toilet sampe tiga jam, kalian masih aja ngantri." 😂😂😂 Terima kasih banyak Bang Adi, Kak Vani, dan Yosa untuk short escape (meminjam istilahnya Yosa) ini. Terima kasih sudah membuat rahang saya mulai retak akibat terlalu sering ketawa dan teriak heboh. Gak pa-pa lah ya Halloween tahun ini kita berdiam diri di Indonesia tercinta. Sekalian nabung biar bisa langsung ke Universal Studio Amerika! Wkwkwk. Ada amen?

***

Expense List

Tiket pesawat --- Rp500 ribu PP
Tiket USS Halloween Horror Nights --- Rp470 ribu
Hotel V Lavender --- Rp600 ribu per kamar (300K per orang)
Makan + Grabcar --- Rp470ribu per orang
TOTAL: Rp1,74 juta/org 

August 06, 2020

Three Sisters, Legenda dari Aborigin - Sydney Trip Pt. 3

Setelah kemarin kami mengeksplor selatan New South Wales, hari ini giliran bagian barat dengan jarak tempuh hampir 10 kali lipat yaitu 106 KM! Kami akan menikmati indahnya panorama lembah dan pegunungan Blue Mountains selama setengah hari. Salah satu destinasinya adalah sebuah formasi batu yang menyimpan legenda dari Suku Aborigin 😍

Ceria banget nih yang fotonya pake 'seragam'